Pogo Sticking adalah salah satu masalah SEO yang masih asing di kalangan para praktisi SEO Indonesia. Masalah SEO ini termasuk ke dalam kategori masalah kritis. Pasalnya, masalah ini dapat membuat suatu website berpotensi tinggi mendapatkan penalti dari mesin pencari Google. Namun, apa sebenarnya Pogo Sticking ini?
Apa Itu Pogo Sticking?
Pogo Sticking pada dasarnya adalah sebuah kondisi di mana pengunjung mengunjungi suatu halaman website dari SERP, namun langsung meninggalkan halaman tersebut dan melakukan penelusuran dengan kata kunci yang sama di mesin pencari.
Contohnya, pengguna mengetikan kunci “apa itu content curation” di kolom pencarian mesin pencari Google. Kemudian, mengklik salah satu hasil penelusuran teratas yang Google tampilkan.
Namun, setelah beberapa saat masuk ke halaman, pengguna langsung memutuskan untuk kembali ke penelusuran mesin pencari Google dan mencari referensi lain menggunakan kata kunci yang sama. Kondisi inilah yang kami jelaskan sebagai Pogo Stick in SEO atau Pogo Sticking.
Penyebab Pogo Sticking
Berdasarkan ulasan dari sejumlah referensi SEO terpercaya tentang Pogo Stick in SEO, salah satunya Ahrefs. Diketahui terdapat 5 faktor utama yang menjadi penyebab masalah ini. Adapun kelima faktor penyebab tersebut adalah sebagai berikut.
1. Clickbait Content
Salah satu penyebab masalah Pogo Sticking adalah sifat konten halaman yang clickbait. Clickbait yang kami maksud di sini adalah halaman terkait memiliki judul yang memang diperuntukan untuk mengait perhatian pembaca, namun informasi yang tersaji di dalamnya justru tidak sesuai atau memenuhi ekspektasi pembaca.
Misalnya, sebuah halaman memiliki judul “Rahasia SEO terbaru Agar Rangking 1 di Google”. Judul ini terlihat seperti salah satu “Big News” untuk pembaca yang mencari informasi seputar SEO. Namun, ketika halaman dikunjungi, pembaca justru menemukan sejumlah informasi yang sebenarnya bukan hal baru.
Hal tersebut berpotensi membuat para pengunjung sebelumnya langsung meninggalkan halaman clickbait tersebut.
2. Informasi yang Terkubur
Penyebab lainnya dari isu Pogo Stick adalah informasi penting di halaman yang terkubur dalam konten.
Jika Anda memiliki halaman yang memuat banyak text, maka terdapat kemungkinan informasi yang dicari oleh pengunjung terkubur di dalam ratusan atau ribuan teks konten Anda. Biasanya, isu ini terjadi pada halaman berjenis cornerstone content alias konten pilar.
3. UX Website yang Buruk
UX (User Experience) halaman yang buruk juga dapat menjadi penyebab munculnya masalah Pogo Stick ini. User Experience yang kami maksud di sini dapat mencakup berbagai hal, mulai loading page yang lambat, banyaknya iklan mengganggu, layout website yang membingungkan, minimnya navigasi, dan lainnya.
Jadi, ketika pengguna menemukan halaman dengan UX buruk, sangat jarang dari mereka yang bertahan lama di halaman tersebut.
Baca Juga: Apa Pentingnya User Experience dalam Faktor Peringkat SEO?
4. Pengguna Hanya Melakukan Pencarian Acak
Kondisi Pogo Stick juga dapat terjadi karena faktor pengguna. Hal yang kami maksud di sini, pengguna memang hanya melakukan penelusuran secara acak terkait suatu topik atau bahasan. Hal yang melatarbelakangi aksi pengguna ini biasanya adalah keperluan melakukan riset atau pencarian inspirasi.
Misalnya, pengguna adalah seorang blogger yang ingin membuat artikel dengan topik tertentu. Kemudian, ia melakukan penelusuran acak terkait kata kunci yang relevan dengan topiknya, guna mendapatkan struktur informasi ideal untuk artikelnya. Aksi ini menyebabkan pengguna hanya bertahan dalam waktu singkat di suatu halaman website.
5. Zero Click
Alasan lainnya yang jadi penyebab masalah Pogo Sticking adalah praktek zero click. Praktik ini sendiri merujuk pada aksi pengguna internet yang memastikan sebuah informasi di pencarian internet.
Misalnya, pengguna internet ingin memastikan “apakah page experience adalah ranking factor”, maka mereka menggunakan frasa tersebut di kolom pencarian Google. Selanjutnya, Google akan menampilkan hasil penelusuran paling relevan untuk memenuhi permintaan pencarian tersebut.
Di sini, pengguna hanya mengunjungi salah satu tautan, hanya untuk memastikan informasi dari satu halaman dengan halaman lainnya.
Perbedaan antara Pogo Sticking dan Bounce Rate?
Jika membaca sekilas, beberapa dari Anda pasti berpendapat bahwa Pogo Sticking ini sangat mirip dengan bounce rate. Meskipun konsepnya hampir sama, namun kedua masalah SEO ini memiliki beberapa perbedaan di sejumlah aspek, sebagai berikut.
Pogo Sticking | Bounce Rate |
Mengunjungi halaman, namun langsung kembali lagi ke penelusuran SERP. | Persentase pengunjung yang langsung meninggalkan halaman. |
Dapat berdampak buruk pada nilai kredibilitas website. | Tidak selalu memberikan dampak buruk. |
Pertanda konten tidak relevan. | Konten relevan, namun pengunjung hanya tidak mengunjungi halaman lain atau melakukan aksi lain. |
Baca Juga: Apa Itu Bounce Rate? Pengertian, Cara Kerja, dan Cara Menurunkannya
Cara Menghindari Pogo Sticking
Demi menghindari kondisi atau masalah SEO muncul pada halaman website Anda, terdapat beberapa solusi menulis konten Pogo Sticking yang SEO friendly ala SEO expert yang dapat Anda terapkan, sebagai berikut.
1. Tingkatkan Kecepatan Website Anda
Salah satu upaya yang dapat Anda lakukan untuk mencegah masalah SEO ini adalah dengan meningkatkan kecepatan website Anda. Seperti yang kami jelaskan sebelumnya, Pogo Stick dapat terjadi akibat UX website yang buruk, termasuk di dalamnya kecepatan website yang pelan.
Maka dari itu, cobalah uji kecepatan website Anda di tool Pagespeed Insight dan pastikan performa kecepatan website Anda dalam kondisi baik.
Jika hasil pengujian bahwa kecepatan website Anda kurang optimal, maka upayakan untuk memperbaikinya, entah dengan melakukan kompresi gambar, mengganti tema yang lebih ringan, dan lainnya.
2. Gunakan Table of Content
Solusi SEO untuk Pogo Sticking yang lainnya adalah dengan menyediakan table of content (daftar isi). Jika artikel Anda adalah artikel yang cukup panjang, menyediakan table of content adalah hal wajib untuk Anda lakukan.
Pasalnya, table of content ini akan mempermudah pengguna untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan dari halaman konten Anda. Jadi, pengguna akan mendapatkan pengalaman yang lebih baik saat mengunjungi halaman website Anda.
3. Gunakan Struktur Penulisan Piramida Terbalik
Demi mempermudah pengguna menemukan informasi spesifik yang mereka cari, maka Anda sebaiknya menggunakan struktur penulisan piramida terbalik saat membangun konten. Konsep penulisan ini adalah Anda menyajikan informasi lebih spesifik di awal konten Anda dan bertahap lanjut ke informasi yang lebih general.
4. Hindari Menggunakan Judul Clickbait
CTR memang adalah metrik keberhasilan performa website di SERP, namun mendapatkannya dengan menggunakan metode clickbait adalah jelas metode yang salah.
Pasalnya, metode clickbait akan dapat menyebabkan masalah user experience seperti Pogo Stick dan bounce rate. Oleh sebab itu, sebaiknya Anda tidak menggunakan teknik ini ketika membuat suatu halaman website.
5. Menyediakan Navigasi yang Baik
Upaya terakhir yang dapat Anda lakukan untuk menghindari masalah Pogo Sticking SEO adalah dengan menyediakan navigasi yang baik. Di dalam hal ini, Anda sebaiknya menyediakan navigasi yang mempermudah pengguna untuk lebih mengeksplor halaman lain di website Anda.
Navigasi yang kami maksud di sini sendiri mencakup internal link, kolom penelusuran, menu, dan lainnya.
Telah Lebih Paham tentang Apa Itu Pogo Sticking SEO?
Jika Anda mempelajari pentingnya user experience untuk peringkat website, Anda pastinya menyadari bahwa Pogo Sticking bukanlah masalah sederhana.
Pasalnya, masalah ini bukan hanya memberikan pengalaman pengguna buruk, yang menyebabkan Anda kehilangan pengunjung potensial, namun juga dapat menyebabkan penurunan ranking pada halaman terkait.
Oleh karena itulah, Anda sebaiknya sedapat mungkin menghindari praktik yang dapat menyebabkan masalah ini, seperti menggunakan clickbait, mengabaikan pentingnya navigasi website dan UX, hingga penyampaian informasi menggunakan konsep piramida terbalik.
I’m an experienced SEO Specialist who can grow a website through organic channel. I’m also passionate about digital marketing and web development