Yakin artikel SEO berkualitas ditentukan dari panjang pendeknya kata? Buktinya, artikel yang panjangnya lebih dari 1000 kata tetap bisa menjadi thin content apabila isi pembahasannya tidak berbobot dan ngalor-ngidul. Para praktisi SEO wajib mengetahui apa itu thin content dan cara pencegahannya melalui ulasan berikut ini!
Apa Itu Thin Content?
Secara harfiah, thin content dapat diartikan sebagai konten tipis atau konten kurus. Namun, apa makna sesungguhnya?
Para praktisi SEO dan blogger mungkin sering menyalahartikan konten ini sebagai konten dengan jumlah kata yang sedikit. Padahal, maknanya bisa lebih dari itu.
Thin content adalah istilah yang merujuk pada konten artikel berkualitas rendah, tidak relevan, dan pendek. Maka, Anda bisa memaknai tipe konten ini sebagai situs web yang memiliki konten-konten kurang otentik, sehingga tidak bermanfaat bagi penggunanya (user).
3 Dampak Negatif Thin Content bagi SEO
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, thin content dapat diartikan juga sebagai konten berkualitas rendah. Keberadaan konten-konten artikel semacam ini tentunya berdampak negatif buat performa situs web Anda maupun pengguna. Lantas, apa saja dampak negatif dari low quality content?
1. Mengurangi Kepercayaan User
Sepakat ‘kan kalau thin content adalah jenis konten artikel bermutu rendah? Nah, situs web dengan konten-konten semacam ini ternyata bisa menurunkan rasa percaya user terhadap situs web Anda, lo.
Mengapa demikian? Salah satu alasannya adalah karena artikel yang Anda tulis tidak bisa memberikan solusi yang dicari user.
2. Menurunkan Traffic Web secara Organik
Turunnya rasa percaya user terhadap konten-konten di situs Anda ternyata bisa menurunkan traffic pada website, lo. Utamanya, situs web yang menggunakan cara-cara organik untuk mendongkrak traffic akan paling terkena dampaknya.
Alhasil, pengguna akan sulit menemukan situs web secara organik Anda melalui mesin pencarian.
3. Mendapatkan Penalti dari Mesin Pencari
Dampak negatif paling merugikan yang bakal Anda alami saat menggunakan thin content adalah terkena penalti mesin pencari. Faktanya, situs-situs yang terindikasi memiliki low content memang lebih rawan terkena sanksi.
Oleh sebab itu, Anda perlu memperhatikan kualitas konten di situs Anda agar terhindar dari penalti dan penurunan ranking website.
Contoh Thin Content Adalah, Apa Saja?
Sebagai mesin pencari, Google selalu memperbarui aturan algoritmanya untuk mengklasifikasikan konten-konten berkualitas dan bukan, seperti thin content. Lantas, apa saja yang termasuk dalam tipe konten tersebut? Pelajari tiga contohnya di bawah ini!
1. AGC (Automatically Generate Content)
Setiap konten yang dibuat secara otomatis dapat dikategorikan sebagai AGC. Konten semacam ini biasanya dibuat secara terprogram menggunakan sistem AI atau tools khusus.
Sejumlah blogger menggunakan AGC untuk menghemat biaya dan mengefisiensi waktu. Sayangnya, konten-konten semacam ini cenderung kaku saat dibaca, tidak relevan, dan tidak dapat memberi solusi bagi pengguna.
2. Scrapped Content
Konten yang satu ini juga termasuk jenis thin content. Pasalnya, scrapped content merupakan salinan konten dari situs web lain yang diunggah ke situs web pribadi tanpa adanya proses penambahan informasi atau pengecekan ulang. Tidak heran jika scrapped content juga disebut sebagai double content.
3. Doorway Pages
Apakah Anda termasuk salah satu orang yang memiliki konten situs web dengan beberapa kata kunci yang hampir mirip? Berhati-hatilah, karena praktik semacam ini bisa dianggap sebagai doorway pages oleh crawler milik mesin pencari.
Tidak sedikit blogger yang memakai konten ini untuk meningkatkan peringkat web berdasarkan target kata kunci. Tetapi, penggunaannya justru bisa berakibat buruk untuk situs web Anda. Alasannya karena mesin pencari akan menganggap situs web Anda sebagai halaman yang tidak berkualitas.
3 Ciri Thin Content
Melansir dari laman WebFX dan Google Web Master, thin content punya ciri khas yang bisa Anda kenali ketika membacanya. Seluruh ciri tersebut menegaskan bahwa thin content adalah artikel dengan kualitas rendah, seperti pengertiannya yang telah dijelaskan sebelumnya. Pahami tiga ciri utamanya berikut ini.
1. Pembahasan Tidak Mendalam
Pernah membaca sebuah artikel yang isi pembahasannya asal-asalan? Inilah salah satu ciri thin content yang paling mencolok dan kerap ditemukan di sejumlah situs web.
Pasalnya, saat membuat konten artikel berdasarkan kata kunci (keyword) tertentu, Anda harus mengulas setiap aspek pada keyword tersebut secara rinci. Pembahasan artikel yang tidak mendalam justru tidak akan memberikan manfaat apapun bagi para pengguna di situs web Anda.
2. Banyak Iklan
Iklan yang terpasang di situs web Anda merupakan salah satu sumber penghasilan penting yang tidak boleh terlupakan. Sayangnya, tidak sedikit blogger yang mengunggah thin content supaya bisa memasang banyak iklan, CTA (Call to Action), dan pop-up tanpa memberikan value apapun ke para pengguna.
Padahal, thin content adalah salah satu jenis konten spam yang justru bisa meningkatkan bounce rate. Akibatnya, performa web akan terganggu dan bisa menurunkan kualitas dari web Anda.
3. Konten Plagiat
Tidak jarang, para praktisi SEO black hat memilih memakai konten plagiat untuk mendongkrak peringkat di situs web mereka. Secara umum, konten plagiat merupakan konten dengan isi tiruan dari sebuah laman situs web dan diposting ulang di halaman blog atau web Anda.
Mengunggah konten plagiat memang bisa meringankan beban Anda dalam proses pembuatan konten, tetapi praktik ini juga akan berdampak buruk buat performa SEO di web Anda.
Bagaimana Cara Identifikasi Thin Content?
Selain mengenali ciri-ciri low quality content, Anda dapat mengidentifikasinya dengan menggunakan tiga teknik yang dijelaskan di bawah ini.
1. Cek Intent
Biasakan untuk mengecek ulang konten-konten artikel yang ada di situs web Anda. Tujuannya adalah untuk memastikan search queries intent-nya sudah terjawab di pembahasan artikel Anda.
2. Cek Target Kata Kunci
Berdasarkan penjelasan tentang apa itu thin content, Anda dapat menyimpulkan pula bahwa konten artikel dengan pembahasan kata kunci yang kurang mendalam. Konten semacam ini kerap menggunakan keyword cannibalization.
Nah, keyword-keyword kanibal seperti ini tentu dapat memicu terjadinya persaingan antar konten di situs web Anda. Konsekuensinya, konten satu dengan yang lainnya akan bersaing untuk mendapatkan peringkat tinggi di target kata kunci yang sama.
3. Lakukan Audit Situs Web
Di dalam mengidentifikasi thin content dan low content, Anda bisa menggunakan bantuan SEO tools, seperti SEMrush atau Ahrefs. Anda bisa mengecek error warning dan memperbaikinya sesuai saran tools tersebut.
Apa yang Harus Dilakukan untuk Mengatasi Thin Content?
Dampak-dampak negatif yang terjadi akibat pemakaian thin content harus segera diperbaiki agar reputasi dan ranking situs web Anda tetap bagus. Maka dari itu, lakukan cara-cara berikut ini untuk mengatasi masalah tersebut. Yuk, simak!
1. Tambahkan Pembahasan di Artikelnya
Ketika Anda menemukan konten-konten artikel yang kurang bermutu, coba perbaiki dengan menambahkan isi pembahasannya secara lengkap. Mulailah dengan melakukan audit situs web dengan memperbaiki tata bahasa, jumlah kata, dan sebaran kata kunci pada artikel.
2. Meningkatkan UX
Anda tentu setuju bahwa thin content adalah salah satu praktik SEO yang merugikan dan berbahaya buat performa situs web Anda. Oleh sebab itu, Anda harus segera mengatasi masalah ini dengan cara meningkatkan UX (User Experience) di situs web.
Jika selama ini UX di web Anda kurang maksimal dan desainnya tidak ramah pengguna, maka coba desain ulang tampilan UI (User Interface) Anda. Dengan negitu, Anda bisa memberikan pengalaman yang optimal bagi para pengguna saat berkunjung ke situs web Anda.
3. Hapus Artikel
Solusi ini mungkin terdengar ekstrim bagi para blogger dan praktisi SEO. Walaupun begitu, menghapus artikel bermutu rendah justru bisa mendongkrak peringkat web Anda yang turun.
Langkah ini juga menjadi solusi jitu untuk mengatasi artikel yang terindikasi plagiat dengan konten artikel dari web lain. Di samping itu, Anda juga menggunakan cara ini jika ada artikel dengan keyword yang sama dalam satu situs web sehingga menurunkan risiko keyword canibalization.
Baca Juga: Cara Meningkatkan SEO Website yang Simpel dan Ampuh agar Traffic Tinggi
Mengapa Anda Perlu Memperhatikan Thin Content untuk SEO?
Jadi, apa itu thin content? Intinya, konten tipis merupakan konten berkualitas rendah; baik dari segi pembahasan, jumlah kata, maupun kualitas SEO-nya. Konten-konten berkualitas buruk tidak cuma punya performa yang rendah, tetapi justru berdampak buruk bagi performa dan peringkat situs web, lo.
Maka dari itu, penting untuk memperhatikan kualitas dari konten artikel yang Anda buat agar tidak terindikasi sebagai thin content. Buatlah konten yang relevan, informatif, dan bermanfaat buat para pengguna.
Jika Anda membutuhkan bantuan terkait penulisan konten artikel SEO berkualitas, gunakan jasa artikel dari Makinrajin. Melalui jasa ini, Anda akan mendapatkan konten-konten artikel berkualitas dengan pembahasan mendalam, original, bebas plagiasi, dan memiliki nilai SEO yang baik.
Yuk, pakai jasa pembuatan artikel dari Makinrajin sekarang juga!
I’m an experienced SEO Specialist who can grow a website through organic channel. I’m also passionate about digital marketing and web development